Senin, 01 September 2014

Day 11: Kenzo, si Anak Laut




Zaman dahulu kala di Jepang, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Kenzo. Ia sangat senang berenang di laut dan ia merasa bahwa ia hanya senang ketika ia berada di dalam air. Ia suka menjelajahi dasar laut dan melihat ganggang-ganggang menyapanya dengan lembut.

Pada pagi ulang tahunnya yang kesepuluh, ia mengapung terlentang dan berdesah, “Ah, alangkah inginnya aku menjadi ikan!” Seketika itu juga, ikan besar berwarna merah keemasan muncul dari gelombang laut.

“Kenzo yang baik. Laut dan seisinya sudah menganggapmu sebagai salah satu dari mereka karena kamu lebih banyak menghabiskan waktu di air daripada di darat. Maka dari itu, sebagai hadiah ulang tahunmu, kami menawarkan untuk mengubahmu menjadi ikan sepanjang hari. Kamu akan kembali saat matahari terbenam,” katanya.

Kenzo bersorak gembira. Ia menyetujui persyaratan yang diberikan. Ikan itu berkata lagi, “Hati-hati dengan mata kail, Kenzo” Lalu ikan itu menghilang di kedalaman laut. Anak laki-laki itu ingin merenggangkan kakinya untuk berenang, namun ia merasa bahwa ia tidak bisa lagi memisahkan keduanya. Kaki-kakinya menyatu menjadi ekor yang menyatu dengan sisik. Jari-jarinya juga telah berubah menjadi sirip. Kenzo telah menjadi ikan! Dia menyelam ke dasar laut dan merasa sangat bahagia.

Sepanjang hari, ia menjelajahi dasar laut, bertemu dengan ikan-ikan yang besar dan kecil, dan berenang dengan cepat. Ia lupa segala-galanya. Bahkan ia lupa makan. Ketika hari mulai menjelang sore, kelaparan datang menyiksa perutnya. Ia sangat kelaparan dan merasa hampir pingsan. Pada waktu itulah dia melihat kelap kelip ikan kecil yang cantik berwarna keperakan.

Kenzo menyergapnya, membuka mulutnya, dan menelannya. Ternyata ikan itu adalah umpan dengan mata kail yang disembunyikan di dalamnya! Kenzo merasa rahangnya tertusuk dan sakit sekali. Pada saat yang sama, ia merasa ditarik ke atas dan beberapa detik kemudian, ia bergerak-gerak di udara bebas, di dasar sebuah perahu. Kenzo buru-buru menggerakkan bibirnya untuk menjelaskan keadaannya. Namun tak ada satupun suara yang keluar.

Si nelayan melemparkannya dalam sebuah ember besar berisi air dan segera mendayung ke tepi. Sesampainya di sana, Kenzo melihat seorang perempuan yang dikenalnya berjalan ke arah perahu. Itu ibunya! Ibunya pasti dapat menyelamatkannya. Kenzo dengan cepat menggerakkan bibirnya lagi untuk memanggil ibunya.

Ibunya memandang Kenzo si ikan dengan penuh perhatian.”Ikan besar ini cocok sekali untuk makan malam. Kebetulan anak laki-lakiku berulang tahun. Tapi mengapa binatang ini terus menggerakkan mulutnya?”

“Iya,”, kata si nelayan dengan tersenyum, “aku tidak pernah melihat ikan secerewet ini.” Perempuan itu lalu pergi membawa Kenzo di keranjangnya. Kenzo putus asa. Ibunya saja tidak mengenalinya, apa yang dapat diharapkannya? Sesampai di rumah, ibunya meletakkan keranjangnya di dapur dan meminta juru masaknya untuk memasak. Juru masak itu kemudian pergi mengasah pisau. Pada saat yang sama, matahari mulai terbenam di balik gunung. Sisik-sisik Kenzo berjatuhan, sirip-siripnya kembali menjadi tangan, dan ekornya menjadi kaki.

Ketika si juru masak kembali dan melihat majikan mudanya terbaring di atas papan untuk dipotong, dia menjatuhkan pisaunya, menjerit, dan berlari pergi. Malam itu, di depan keluarganya yang berkumpul, Kenzo menceritakan kisahnya yang aneh. Dan sejak hari itu, dia tidak pernah lagi makan ikan.
#fairytale #dongeng #dongenganak #ceritaanak #fabel #30harimendongeng

Dikutip dari 30 Cerita Ulang Tahun, karangan Catherine Mory

Tidak ada komentar:

Posting Komentar