Rabu, 29 Juni 2011

Telinga vs Mulut

02.32 pagi! ~versi jam lappie~

Wuhuu… di saat besok guw harus bertemu orang jam setengah 10 pagi, jam segini guw malah belom bisa tidur… Pake acara tidur 16 jam sih… -________-“ Entah apa yang membuat guw sedang produktif untuk menulis lagi… dan temanya kali ini ga berbau rohani… (bisa sih kalo disangkut pautin hhi…)

Kemaren guw mengikuti sebuah acara briefing gitu untuk kegiatan yang guw jalanin sekitar empat bulan ke depan… tapi, bukan guw yang debriefing… Kali ini, yang di-briefing adalah guru-guru dan guw ditugaskan di sana untuk menjadi pendamping kelompok… Sebagai tim yang baik, maka guw pun mendampingi guru-guru di sebuah batch yang harusnya guw damping (tapi, ternyata ga bisa… iyes!). Kelompok ini berisi guru-guru yang waktu itu guw samperin sekolahnya buat diassess, otomatis beberapa dari mereka sudah mengenal guw lebih dari cukup. Guw merasa grup ini akan jadi grup yang cukup asik, karena ada tiga orang guru muda yang menurut guw bisa jadi jiwa dari kelompok ini. Namuuun…sayangnyaaa… guw merasa sangat dikecewakan gitu… Guw pikir, sosok guru-guru ini harusnya bisa mendengarkan ketika ada fasilitator yang memberikan materi di depan sana… Atau mendengarkan ketika guw sebagai pendamping berusaha berbicara mengatasi kericuhan… Tapi yang guw dapatkan malah kebalikannya… dan guw seakan mendapat jawaban, “pantes aja murid lo ga ada yang bisa dengerin omongan lo… Role modelnya aja begini…”

Guw emosi? Iyaaa… super emosi… Masalahnya apa yang dijelasin sama si fasilitator ini menyangkut hidupnya si anak-anak yang akan berangkat ini… dan guru2 ini dengan cueknya malah saling ngobrol… Abis itu, mereka baru tuh nanya ama guw, “si fasil tadi ngejelasin apa ya, mbak?” Grrr… kok lo minta disiram air panas sih, pak? Selesai pertemuan, senior guw pun bilang, “Nya, kalo mau ketemu ama guru mah emang begitu… kudu doa dulu sepanjang malem biar dikasi kesabaran”. Terima kasih buat nasihat super telatnya, mas… -__________-“

Dari pengalaman ini, guw baru betul-betul menyadari pentingnya sesuatu bernama “mendengarkan” ini. Sepele banget memang… namun sayangnya, hal sepele ini biasa dilupakan orang… Kalo guw mau mengaitkan tulisan ini dengan tulisan sebelumnya tentang panggilan, mendengarkan adalah salah satu respon dalam panggilan itu… Siapapun yang memiliki telinga, hendaknya ia mendengarkan (kitab suci entah ayat berapa dan tahun berapa). Guw sendiri juga sering banget melupakan esensi dari mendengarkan, padahal itulah tujuannya Tuhan memberikan telinga yang lebih banyak daripada jumlah mulut. Tuhan mendesain manusia untuk mendengarkan lebih banyak, dan bahkan kalo manusia sadar, Tuhan menciptakan sebuah alat lain bernama hati nurani untuk mendengarkan.

Mendengarkan, lagi-lagi adalah sebuah kata yang sangat familiar dalam hidup manusia. Lewat mendengarkan, kita menjawab sebuah panggilan… Kita merespon apa yang diberikan oleh orang lain sebelum bertindak lebih banyak lagi. Kalo guw mengaitkan dengan tulisan guw sebelumnya, mendengarkan panggilan adalah langkah pertama sebelum guw menjawab suatu panggilan itu. Pertanyaannya, apakah Tuhan membisikkan secara langsung panggilan itu (Kalo iya, guw lari duluan deh…pingsan kalo perlu) ? Tentu gag… Makanya guw menulis bahwa hati juga diciptakan Tuhan untuk mendengarkan (selain untuk menawar racun dan disakiti orang #OUCH). Panggilan Tuhan dirasakan dan dijawab dengan hati… bagaimana dengan panggilan manusia?

Panggilan manusia menjadi suatu hal yang lebih nyata dan riil dalam hidup… Indra pendengaran menerima stimulus yang akhirnya nyampe ke otak manusia untuk diolah dan diterjemahkan sebagai “suatu pembicaraan yang patut dijawab”. Panggilan yang sepertinya lebih nyata ini aja semakin sering dijawab oleh manusia. Manusia cenderung lebih suka berbicara daripada mendengarkan… Padahal, mendengarkan itu sebenarnya kegiatan yang jauh lebih menyenangkan dan ga melelahkan, walaupun harus diakui cukup membosankan terkadang. Mendengarkan dapat memberikan inspirasi buat seseorang… mendengarkan dapat mengubah jalan hidup seseorang… mendengarkan menjadi suatu awal dari langkah manusia melakukan sesuatu… mendengarkan bisa menjadi salah satu treatment sederhana yang dibutuhkan orang lain yang sedang galau… mendengarkan bisa menolong orang lain tanpa mengeluarkan biaya… mendengarkan bahkan bisa bikin orang insomnia jadi tidur...hihiii.. dan seberapa banyak lo sudah mendengarkan orang hari ini?

Banyak orang yang sedang bercerita tidak mau diberikan nasihat… mereka hanya butuh didengarkan… Mereka meluapkan emosi mereka yang begitu luar biasa dan saya, sebagai subjek yang dimintai pertolongan, biasanya cukup mendengarkan. Cuma dengan itu, guw bisa membuat mereka lega dan tidak merasa dihakimi ataupun dinasihati… guw bisa menolong banyak orang hanya dengan kedua telinga guw.

Sayangnya, mendengarkan sekarang menjadi hal yang sulit buat manusia. Manusia seolah-olah sangat sering menutup telinganya untuk orang lain. Manusia bahkan sering sekali berbicara dan memberi nasihat padahal tidak dibutuhkan. Atau, manusia lebih senang untuk benar-benar tidak mendengarkan dan tidak peduli. Pernahkah lo mendengarkan lagu yang dinyanyikan oleh musisi jalanan? Pernahkah lo meluangkan waktu untuk mendengarkan liriknya? Lagu-lagu yang mereka ciptakan biasanya sangat sederhana, dengan kunci gitar seadanya, dan kata-kata yang apa adanya. Tapi mereka punya cerita dengan lagu-lagu itu… dan kalo mau tau, mereka banyak bercerita tentang mereka yang sengsara tinggal di negeri yang katanya kaya ini… Mungkin mereka berharap dengan cerita mereka lewat lagu ini nasib mereka berubah… Mungkin mereka berharap ada oknum pemerintah yang memahami kesulitan mereka… tapi, guw rasa usahanya belum bisa menumbuhkan hasil yang cukup… Kenapa? Karena kebanyakan rakyat Indonesia mendadak tuli hati dan telinga kalo omongannya menyangkut harta…hohohoo :)

Mendengarkan bukan hal sulit…tapi ga mudah juga…tapi bukan berarti ga bisa untuk dibiasakan dan dilakukan sehari-hari… Banyak omong bukan berarti kaya sama ilmu dan terlihat pintar, walaupun sedikit ngomong juga ga menunjukkan kalo kita cool sih… Jadi, gimana kalo mulai sekarang belajar untuk menyeimbangkan bicara dan mendengarkan? :)

Senin, 27 Juni 2011

"When He Called You..."

Hari ini ujian semester empat guw berakhir (walaupun ga resmi, karena masih harus revisi paper eksperimen yang ciamik) dan hari ini guw merasakan asiknya senang-senang kembali bersama teman-teman guw… ihiy… asik abis… bercerita seru2an dan ngegosip (teteeepp deh…) bareng psikologi emang top tudemeks deh #kecuup


Entah mengapa, hari ini guw menanyakan sesuatu yang bikin temen guw galau… dan pertanyaan itu muncul begitu aja di benak guw, tanpa ada angin atau api… Pertanyaan ini membuat guw dan temen guw ini duduk lama di sebuah tempat dan malah sibuk bercerita… padahal tadinya kami berencana buat pulang bareng secepatnya, mau menikmati liburan tidak resmi habis UAS :D “Masih ada niat jadi pastor?


Mulailah temen guw ini bercerita panjang lebar tentang hidupnya… tentang panggilannya… tentang dirinya… dan tentang semuanya… Super panjang dan super lebar (dan guw baru merasakan, guw merindukan saat-saat sharing gini bersama tim guw dulu…uoogh…miss u, guys!), tapi ga membosankan… Karena buat guw, panggilan adalah sesuatu yang ga pernah habis bisa dibicarakan dan diterapkan. Selalu ada pilihan dalam hidup, juga dalam sebuah panggilan… Menemukan sesuatu kata bernama KEGALAUAN itu sih pasti udah biasa dilewati. Pilihan panggilan buat dia, menurut guw cuma dua gitu… TUHAN atau WANITA… Hiahahaa… dan andai memilihnya semudah memilih jawaban di ujian abnormal kemaren… sabar ya, nak… #tepokpunggung


Hidup di dunia ini adalah sebuah panggilan… dan panggilan itu buat guw adalah suatu pilihan seorang manusia, walaupun terkadang menjadi sebuah pilihan yang tidak terhindari. Panggilan ternyata bukan hitam putih… Panggilan punya warnanya sendiri… Panggilan memang tidak terbatas menjadi seorang imam atau suster. Guw sendiri lebih memaknai panggilan guw sebagai tukang nyanyi di VOX dan nona seksi super sibuk di berbagai kegiatan kok… Hahahaha…


Dipanggil… Kata yang super sederhana… tapi punya makna dalam… Dipanggil berarti diajak untuk lebih dekat lagi dan dipanggil biasanya akan punya konsekuensi lain… Misalnya nih, dipanggil nyokap, jarang banget tuh ada yang dipanggil terus didiemin… Pasti ada sesuatu yang melatari panggilan ini, entah suruhan (“Ambilin itu dong”) atau sekedar sapaan (“Hei, apa kabar lo?). Dipanggil menjadi sebuah kata yang sangat familiar dan selalu guw temukan tiap hari… dari orang yang berbeda dengan maksud dan makna yang berbeda pula.


Setiap hari, harusnya kita dipanggil Tuhan… disapa Tuhan lewat sekitar kita, entah apapun itu. Kita dipanggil Tuhan dan dijadikan duta besar surgawi buat dunia… Buat menjadikan dunia sebagai cermin surgawi (sumpah ya, ini kaya guw gabungin lagu-lagu rohani gitu..haha) dan terkadang panggilan Tuhan menjadi super special pake telor di hidup kita… Untuk selanjutnya, guw akan lebih membahas mengenai panggilan hidup menggereja, khususnya membiara. Guw senang mendengarkan teman-teman frater guw menceritakan perjalanan panggilannya. Buat guw, mendengarkan mereka bercerita seperti memperluas pengetahuan guw dan kaya mendapat cerita kalo Tuhan memanggil orang dengan cara berbeda-beda…


Salah satu teman guw yang cukup dekat, bercerita tentang awal mula panggilannya yang mirip sama kasus “niat.mengantar.casting.malah.jadi.artis” ahahaha… Itu super lucu buat guw… Karena guw pikir cerita casting cuma ada buat para pemain film, tapi toh ternyata terjadi di dunia panggilan… dan syukurlah si kebetulan ini tetap membuatnya bertahan di seminari sampai sekarang (dan selama-lamanya!AMIN! nyahahaha).


Yang satu lagi, kaya udah disumpahin gitu jadi frater sama temen-temen misdinarnya… Cuma karena belom yakin, jadinya complicated (makanya jangan maenan api, cuy!hahaha…) Tapi sepengetahuan guw, doi bakal melanjutkan panggilan ini… langgeng yaa ama seminarinya…hihi…


Yang satu lagi yang lebih galau dan random… katanya sedang berusaha memurnikan panggilannya… tapi, sekarang galau dan random tudemeks… di satu sisi, super sayang sama cewenya… di sisi lain menemukan kekosongan yang katanya (kalo ga salah) cuma bisa diisi oleh panggilan itu… Terus apa yang bisa dilakukan? Bukan guw yang tau… Cuma dia dan kebijaksanaan Tuhan yang tau… apapun itu, guw tetap teman lo, mas :D qiqiqiqi…


Banyak orang merasa tidak pantas mendapatkan sebuah panggilan… Salah satu teman guw bilang, “guw udah kaya kebanyakan dosa gitu nih… guw tau sih dosa menghujat Roh Kudus itu paling ga bisa diampunin… tapi, kaya guw udah ga ngerasa suci lagi di hadapan Tuhan, walaupun guw ga ternodai… (anonymous, 2011)” Dosa yang dibuat sama temen guw ini sebenarnya ga berat… yaaah, godaan anak muda lah… tapi buat guw, Tuhan ga milih-milih orang buat dipanggil… Tuhan ga peduli dosa lo berat kaya tronton atau gajah… Tuhan tahu hati lo… Bukankah Dia juga diutus untuk orang-orang berdosa… Banyak orang suci yang kaya banyak dosa gitu kok… (btw, guw ga menganjurkan kalian jadi bikin dosa sih…sumpah!)


Panggilan Tuhan buat guw sendiri, guw maknai sebagai sesuatu yang luar biasa… Guw dipanggil Tuhan dan dijadikan alatNya yang bisa nyebar dimana-mana… (makasih Tuhan buat talentanya… You’re AWESOME!) Urusan layak ga layak, pantas ga pantas, lanjut ga lanjut, Cuma Tuhan yang tau… Dipanggil Tuhan adalah anugerah yang ga bisa digantiin oleh apapun… Guw percaya bahwa salah satu bentuk cinta Tuhan buat guw ya lewat panggilan ini… (ga berarti guw mau jadi suster yaaa…!) dan tugas guw seperti mengembalikan apa yang guw miliki buat Dia yang udah memberikan hidup… Apapun cara Tuhan memanggil kamu, jawablah “Ya” dan temukan kebahagiaanmu disana (vpsds,2011). JalanNya mungkin ga lurus, mungkin akan ada batu, tapi Tuhan selalu ada 24/7 buat kamu.



Selamat dipanggil… Tuhan berkati :) :)