Senin, 08 September 2014

Day 18: Ulang Tahun Raja yang Jahat


Alkisah, di Tibet yang jauh, tinggallah seorang raja yang sangat egois. Ia hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia telah mencabuti semua bunga di padang dan menangkap semua burung di langit hanya untuk menghiasi istananya. Karena ulahnya ini, anak-anak di Tibet tidak pernah melihat bunga ataupun burung. Bahkan yang paling kecil sekalipun. Raja tetap tidak peduli. Yang penting ia bahagia.

Pagi itu, Raja ingin merayakan ulang tahunnya yang keenam puluh enam. Seperti tradisi di tahun-tahun sebelumnya, ia mewajibkan rakyatnya berkumpul sejak fajar di depan istananya dan membawa persembahan untuk menyenangkan hatinya. Pada saat matahari terbit, perempuan=perempuan, anak-anak, orang-orang lanjut usia, dan semua rakyatnya berkumpul di sana sambil menggigil kedinginan.

“Raja memerintahkan kita untuk datang sejak fajar, padahal ia sendiri bangun siang!” gumam seorang laki-laki tua berjanggut putih.

“Setiap tahun selalu begini. Selama berjam-jam, gigi kita bergemeletuk karena kedinginan,” seorang perempuan tua menambahkan.

Gemuruh kemarahan rakyat terdengar seperti gemuruh ombak di laut. TIba-tiba terdengar suara Zangpo, si Bengal. “Dengarkan aku. Aku hendak bertaruh dengan kalian.” Orang-orang tertawa berderai-derai, Mereka tahu benar siapa Zangpo dan reputasi leluconnya di daerah itu. “Tentang apa?” Tanya sebuah suara.

“Aku bertaruh, kalau Raja berdiri di atas balkon nanti, dia akan menggonggong.” Semua mulai tertawa karena ide ini terasa sangat menggelikan dan dapat mengalihkan kebosanan mereka. “Kalau kata-kataku benar, kalian harus memberiku seguci bir. Setuju?” Zangpo melanjutkan. “Setuju!” teriak beberapa suara.

Tepat pada saat itu, pintu balkon dibuka dan Raja dipersilakan untuk lewat. Dengan segera, Zangpo yang tahun bahwa Raja diam-diam sangat menggemari anjing, bergegas ke arahnya dan berseru, “Baginda. Saat ini di depan istana ada orang yang ingin menjual anjingnya. Anjing ini berasal dari spesies yang sangat langka. Saya pikir Raja akan menyukainya.”

“Coba kamu lihat bagaimana rupanya dan apakah dia dapat menggonggong dengan baik,” perintah sang Raja. Zangpo segera mencari jalan dengan menguak kerumunan orang dan pergi ke pintu istana dimana, tentu saja, tidak ada orang yang menunggu. Lalu dia kembali ke bawah balkon dan berteriak, “Baginda, anjingnya sangat bagus. Tingginya sedang, bulunya putih seperti salju, dan dia menyalak seperti anjing kecil!”

“Bodoh! Aku tidak akan pernah membeli anjing yang menyalak seperti anjing kecil!” seru raja.

“Benarkah? Lalu bagaimanakah anjing yang menggonggong dengan bagus? Barangkali di lain kesempatan, saya dapat mencarikannya untuk Baginda.” Kata Zangpo dengan nada kecewa.

“Dengarlah,” kata Raja kemudian. Raja meletakkan kedua tangannya di tepi balkon, mengangkat kepalanya, dan berteriak dengan kuat, “Guk, guk.”

Rakyat yang sudah begitu lama menunggu merasa sangat terhibur. Zangpo menang. Ia mendapatkan seguci bir yang layak diperoleh karena kecerdikannya.

#fairytale #dongeng #dongenganak #ceritaanak #fabel #30harimendongeng

Dikutip dari 30 Cerita Ulang Tahun, karangan Catherine Mory

Tidak ada komentar:

Posting Komentar