Minggu, 07 September 2014

Day 17: Ulang Tahun Pak Isidorus


Di hari ulang tahunnya yang kedelapan puluh, Isidorus tua menerima hadiah-hadiah dari orang-orang baik di sekelilingnya: seekor keledai untuk membantunya berpergian, seekor kambing muda yang menghasilkan susu segar, dan sebuah arloji emas yang menggantikan arloji lamanya yang rusak.

Namun suatu pagi, ketika laki-laki tua itu meraba-raba mejanya untuk mengambil arlojinya, dia menyadari bahwa arloji itu telah lenyap. Dengan jengkel, ia bergerak ke kandang untuk memeras susu sapinya. Apa yang ditemukannya? Daun pintu kandang tersebut terempas angin dan bangunan itu kosong melompong. “Ada pencuri yang datang ke sini,” ratapnya sambil menjatuhkan diri ke tanah.

Memang benar. Beberapa kilometer dari sana, seorang laki-laki sedang menempuh perjalanan perlahan-lahan di atas seekor keledai. Seekor kambing muda berjalan di belakangnya dan di pergelangan tangan kirinya, ia menggunakan arloji yang berkilau seperti baru. Iring-iringan itu tentu saja mencengangkan tiga anak yang bersembunyi di semak-semak dekat situ.

“Bukankah itu kambing Pak Isidorus?” Tanya anak yang pertama.

“Betul! Itu juga keledai Pak Isidorus!” seru yang kedua.

“Aku berani bertaruh dengan kalian kalau arloji itu juga milik Pak Isidorus,” kata yang ketiga menambahkan.

“Kalau begitu, aku akan mengembalikan anak kambing itu kepada Pak Isidorus!” anak yang pertama segera berlari menuruni bukit. Dengan pelan-pelan, ia menyelinap di belakang rombongan itu dan membuka tali yang diikat pada kambing dan membawa kambing itu kepada teman-temannya. Keduanya mengagumi keterampilan anak itu dan tergugah untuk menirunya.

“Giliranku! Aku akan membawa kembali keledai itu!” kata anak kedua. Dengan berlari secepat-cepatnya, ia menghambur ke belakang iring-iringan dan berteriak, “Pak! Pak! Berhentilah dulu!” Laki-laki pencuri itu menghentikan keledainya. “Kambing anda melarikan diri ke jalan setapak! Saya melihatnya tadi!” Si pencuri memandang ke belakang dan melihat ujung tali yang menjuntai kosong. “Biarkan saya yang menjaga keledai Anda selama Anda mencari kambing itu”

Tanpa ragu, si pencuri menyerahkan keledai itu dan secepat mungkin berlari ke tempat yang ditunjukkan anak itu. Sementara itu, anak kedua menarik hewan tersebut dan berlari ke arah teman-temannya. Anak yang ketiga merasa takjub pada keberanian teman-temannya. Ia pun turun bukit dan menunjukkan keberaniannya.

Ia berlari mendahului laki-laki itu sekitar seratus meter jauhnya dan menunggunya di atas jembatan kecil yang merentang di atas sungai. Si pencuri, yang merasa kesal karena kehilangan kambing dan keledai segera menyusulnya. Anak ketiga ini mulai meremas-remas tangannya dan dengan putus asa, ia meratap, “Alangkah malangnya aku! Uangku! Aku kehilangan seluruh uangku!” Ketika mendengar kata-kata anak ketiga itu, laki-laki itu berhenti. “Ada apa?” tanyanya.

“Waktu aku menyeberangi jembatan ini, aku membungkukkan badan untuk melihat ikan. Namun, semua uangku terjatuh dari saku dan menggelinding ke air. Karena tidak bisa berenang, aku tidak bisa mencarinya.”

“Apakah uangmu banyak?” Tanya pencuri itu.

Anak ini mengangguk dengan sangat keras. “Iya, Pak. Banyak dan besar-besar”

Tanpa menunggu lama, si pencuri langsung membuka sepatu, pakaian, dan arlojinya lalu terjun ke air. Dengan lincah seperti monyet, anak itu mengambil arlojinya dan juga pakaiannya-karena pencuri itu harus mendapat pelajaran yang setimpal. Ia segera bergabung dengan teman-temannya dan ketiganya berlari ke rumah Isidorus tua. Isidorus begitu terkejut sampai terjatuh dari kursi.

“Terima kasih anak-anak! Aku seperti mendapat dua hadiah ulang tahun pada saat yang sama!” serunya sambil tersenyum.



#fairytale #dongeng #dongenganak #ceritaanak #fabel #30harimendongeng

Dikutip dari 30 Cerita Ulang Tahun, karangan Catherine Mory

Tidak ada komentar:

Posting Komentar