Sabtu, 19 Maret 2016

"Tuhan memerlukannya"

“Tuhan Memerlukannya”

Hai… setelah sekian lama ga menulis dan sekian lama menyimpan keinginan untuk menulis tentang hal ini, akhirnya keinginan dan niatnya tercapai juga. Persis satu tahun setelah inspirasi untuk menulis (tepatnya menulis kembali khotbah pastor) datang. Yep. Persis satu tahun lalu. Di hari Minggu Palma.

Satu tahun lalu, setelah adegan ‘mendadak Palma’, dimana saya terpaksa jadi misdinar salib menggantikan rekan saya yang ketiduran, saya mendapat inspirasi super bagus dari khotbah romo. Homili romo saat itu membahas tentang keledai yang ditambatkan dan akhirnya dilepaskan oleh pemiliknya setelah para murid Yesus mengeluarkan jurus sakti ‘Tuhan memerlukannya’

Kata-kata sakti ‘Tuhan memerlukannya’ mengingatkan saya akan tugas dan kewajiban saya sebagai tim pendukung (support system) seminggu berikutnya.

Sebagai bagian dari anggota misdinar, siapa yang ga akan sibuk di pekan suci mendatang? Kayanya semua yang aktif, pengurus dan pembina apalagi, akan menjalani satu minggu yang paling sibuk, cape, sekaligus minggu paling bikin kangen sepanjang tahun ya :)

Suka ngeluh cape kalo udah masuk pekan suci?
Suka marah-marah karena rasanya baru merem tapi harus langsung bangun karena ada tugas di misa berikutnya?
Suka kesel karena latihan terus menerus?

Coba ingat, “Tuhan memerlukannya”
Iya
Tuhan memerlukan kamu
Tuhan membutuhkan tenaga kamu untuk melayani Dia dan umatNya
Tuhan menginginkan kamu membantu umat untuk menghayati misteri sengsara, wafat, dan kebangkitanNya.

Tuhan mampu membuat segala perayaan menjadi sangat megah dan agung,
tapi Tuhanmu yang maha kuasa dan maha ajaib itu butuh KAMU!
Tuhan membutuhkan kamu yang lemah dan ga ada apa-apanya.
Kamu yang suka berbuat dosa,
Kamu yang sering kena omel sama pembina karena bengong saat latihan
Kamu yang bolos latihan dengan alasan masih banyak tugas sekolah
Tuhan butuh KAMU!

Apakah kamu masih mau mengeluh?
Yakin?

TUHAN MEMERLUKAN KAMU :)

Selamat memersiapkan pekan suci!
Jangan malas latihan ya!

Kamis, 25 Februari 2016

Melukis Rindu

Kutorehkan warna merah di atas kanvasku,
namun rinduku tak semarah itu.
Ia mengintip malu-malu di sudut hati,
ketika ku baca lagi barisan pesan darimu.

Kutumpahkan tinta biru,
namun rinduku tak sesendu itu.
Meski ia menatap dalam bisu
ketika jemariku bertemu dengan garis wajahmu di selembar kertas.

Kulukiskan cat hijau,
namun rinduku tak segalau itu.
Meski perasaanku kerap tak tentu
ketika memori tentang kita menari dalam pikiranku

Rinduku tak sekelabu abu-abu atau ungu
Juga tak putih dan tertatih
Rinduku tak sekelam warna hitam,
namun ia pekat seperti cokelat hangat

Ia terlukis samar di dasar hatiku
Menghias langkah dengan lincah melawan detik dan menit
Ia mencari warna tepat untuk bersolek
namun rinduku tak pernah berwujud juga berwarna
Kubiarkan ia mengambang dan kusimpan di kotak ujung lorong
Sampai nanti kutemukan lagi dirimu
Meski dalam mimpi