Minggu, 31 Agustus 2014

Day 10: Keajaiban Marie-Camommile



Ketika Marie-Camommile bangun pagi pada usianya yang ketujuh belas, ia mendesah. Sekali lagi, tidak ada pesta yang menyenangkan di hari ulang tahunnya. Tidak ada yang spesial di pestanya. Ia tidak memiliki ayah lagi dan ibunya sudah sakit sejak lama sehingga tidak bisa meninggalkan tempat tidurnya.

Ia bangkit berdiri dari kasurnya, berpakaian, dan seperti setiap pagi, ia pergi ke sumur dekat rumahnya untuk menimba air. Ketika ia mengangkat air, ia melihat seekor capung yang sedang dalam kesulitan. Sayapnya bergetar hebat. Karena iba, Marie-Camommile memungutnya dengan ujung jarinya dan meletakkannya di atas sekuntum bunga. Makhluk kecil itu lalu berdiri di atas bunga dan mengibas-ngibaskan rambutnya yang basah. Ternyata, ia bukan capung, tetapi perempuan yang sangat kecil dan bersayap.

“Terima kasih atas bantuannya, Nak. Karena hari ini engkau berulang tahun, aku akan memberikanmu sebuah hadiah. Apa yang kau inginkan? Kecantikan? Kekayaan atau Kekuasaan?” tanya peri itu.

Marie-Camommile menggeleng. Ia berkata kepada peri itu, “Kalau boleh, aku ingin agar kesehatan ibuku membaik”

Peri itu tersenyum, dan tanpa berkata apa-apa, ia mencium jari Marie-Camommile. Ciumannya lembut seperti kepakan sayap kupu-kupu. Lalu ia terbang dan menghilang dari pandangan Marie-Camommile. Ia segera meninggalkan embernya dan berlari ke rumah. Ia bergegas ke kamar ibunya dan menyentuh kening ibunya dengan lembut. Ibunya segera membuka matanya dan tatapannya bersinar. Demamnya telah sirna. Dia duduk di tempat tidurnya dan berkata riang, “Wah, ibu sudah puas tidur! Sekarang, Ibu akan menyiapkan sarapan untukmu”

Marie-Camommile melompat gembira. Ia memeluk ibunya lalu melesat keluar dari rumahnya. Ia ingin mencoba kemampuannya itu. Di tengah jalan, ia bertemu dengan seorang penunggang kuda yang pingsan. Pemuda itu jatuh dari kuda dan kepalanya membentur batu. Dengan lembut, gadis itu menyentuh dahi pemuda itu. Pemuda itu membuka matanya dan mengira akan melihat seorang malaikat. Namun, Marie-Camommile sudah menghilang. Gadis itu sudah berjalan memperbaiki tali yang putus dan menghidupkan api perapian yang padam di rumah seorang nenek.

Di tepi hutan, Marie-Camommile mendengar erangan dari seekor rusa betina yang tergeletak di tanah. Dengan lembut, Marie-Camommile menyentuh dahinya. Begitu melakukannya, ia mendengar suara riuh derap kuda dan pemburu-pemburu muncul dari balik pohon. Mereka membawa busur besar di bahunya. Rusa itu segera melompat dan melarikan diri.

“Lihat! Gara-gara gadis itu, rusa yang kita lukai melarikan diri. Gadis ini menyembuhkan rusa itu! Dia pasti memiliki kekuatan sihir! Ayo kita bunuh dia!” kata salah seorang pemburu sambil menunjuk Marie-Camommile.

Pemburu-pemburu itu menyeret Marie-Camommile dan membawanya ke alun-alun desa. Masyarakat sekitar sudah menyediakan panggung penuh obor api. Orang-orang menyuruhnya naik ke atas ikatan ranting kayu dan segera menyulut ranting itu. Tetapi si api yang mengenali Marie-Camommile tidak melukainya. Api itu hanya menyulut kayu dan tidak membakarnya. Si tali melepaskan ikatannya dan Marie-Camommile jatuh ke tanah. Tiba-tiba muncul rusa yang tadi ditolongnya. Ia melompat ke tengah obor api yang menyala-nyala.

Marie-Camommile naik ke atas punggungnya dan binatang ini lari terus ke arah kastil yang terletak di sisi hutan yang lain. Di sana, Marie-Camommile bertemu dengan pemuda yang tadi ditolongnya setelah terjatuh dari kuda. Pemuda, yang ternyata sang Pangeran itu, sangat gembira melihat malaikat penolongnya. Ia terpikat oleh kecantikan dan kelembutan Marie-Camommile. Ia menyatakan cintanya dan mengajak Marie-Camommile untuk menikah bersamanya. Marie-Camommile menyetujuinya dan ia menikah dengan Pangeran itu. Ia membawa ibunya serta ke kastil dan menjadi ratu negeri Seribu, tempat yang tidak pernah ada sakit penyakit lagi.

#fairytale #dongeng #dongenganak #ceritaanak #fabel #30harimendongeng

Dikutip dari 30 Cerita Ulang Tahun, karangan Catherine Mory

Tidak ada komentar:

Posting Komentar