Rabu, 10 September 2014

Day 20: Luisa dan Serigala Perak


Luisa tinggal di rumah kecil di tepi hutan bersama dengan kakeknya. Pada hari ulang tahunnya yang -keenam, Luisa mengundang teman-teman sekolahnya untuk bermain bersamanya. Setelah berkumpul semuanya, mereka sepakat untuk bermain lempar kaleng tiga putaran, kucing jongkok dua putaran, dan akhirnya mereka akan bermain petak umpet.

Luisa lari bersembunyi. Ia meringkuk di bawah sebuah pohon ek tua yang sangat besar. Tiba-tiba ia merasa sebuah belaian lembut dan hangat di dekat kakinya. Ia menunduk dan melihat kakinya berada di dekat benda berbulu abu-abu. Ternyata itu adalah ekor serigala. Dengan ketakutan ia melompat ke belakang.

Badan binatang itu tersembunyi di belakang semak-semak. Luisa menyentuhnya dengan tongkat perlahan-lahan. Hatinya berdebar. Namun, tak ada reaksi. Luisa memberanikan diri untuk mendekat dan mengangkat sebuah dahan pohon. Seekor serigala besar yang tampak kurang sehat berbaring di sisinya. Matanya yang tajam, tetapi redup itu bergerak mengikuti Luisa. Kakinya terjebak dalam perangkap pemburu. Nampaknya sudah berhari-hari ia terjebak di situ. Ia nampak lemas karena kekurangan air dan makanan. Luisa mengulurkan tangannya dan perlahan-lahan membelainya.

“Luisa? Luisa? Tunjukkan dirimu, kamu sudah menang!” Teman-temannya memanggil Luisa dan ia pergi menemui mereka, namun Luisa tak menceritakan serigala itu.

Sore harinya, Luisa kembali lagi ke pohon ek tua itu. Serigala itu masih di sana. Ia menuangkan air ke dalam mangkuk dan memberinya minum. Luisa juga membuka perangkap pemburu, membersihkan kakinya, dan membebatnya. Setelah Luisa membelai serigala itu, ia pulang ke rumahnya. Hampir setiap hari Luisa datang menjenguk serigala itu dan setiap ia datang, mata serigala itu menyorotkan sinar yang hampir seperti manusia.

Luisa sering bercerita tentang kehidupannya kepada serigala itu. Serigala itu seakan mengerti cerita Luisa. Ketika Luisa menceritakan perbuatan jahat yang menimpa dirinya, serigala itu menyeringai dan menggeram, namun ketika Luisa menceritakan hadiah yang diterimanya, mata serigala itu menjadi lembut dan ceria.

Sedikit demi sedikit serigala itu sembuh. Suatu hari, Luisa menemukan serigala itu berdiri di dekat pohon ek. Luisa sangat gembira dan memeluk serigala itu. Namun hatinya tiba-tiba merasa tercekam: setelah binatang itu bisa berjalan lagi, persahabatan mereka akan berakhir. Serigala itu akan pergi dan Luisa tidak akan melihatnya lagi.

Luisa pergi sambil menangis. Tiba-tiba ia mendengar suara langkah yang mengikutinya. Ia menoleh ke belakang, dan ternyata serigala itu mengikutinya sambil terpincang-pincang. Ia pun tidak ingin meninggalkan Luisa. Pada malam hari, Luisa meninggalkannya di depan pintu dan keesokan paginya, Luisa tetap menemukannya di tempata yang sama. Tentu saja kakek Luisa marah. Ia melarang Luisa untuk bermain bersama serigala itu. Serigala itu diusirnya. Luisa sangat sedih. Ia menangis berhari-hari lamanya.

Kehidupan pun kembali seperti dulu. Namun pada suatu hari, rumah kecil itu kedatangan pencuri. Kakek Luisa mendengar suara yang aneh. Bukan suara yang dikenalnya seperti jatuhnya batang pohon yang mati atau jeritan burung malam. Laki-laki tua itu bangkit dari tempat tidurnya dengan gemetar. Usianya sudah tak lagi muda untuk melawan pencuri.

Tiba-tiba ia mendengar raungan ketakutan diikuti teriakan dan derap kuda. Akhirnya semuanya hening lagi. Setelah menunggu beberapa saat, kakek Luisa turun dan mengambil pelitanya. Di depan rumah, sosok abu-abu cukup besar terlihat: ternyata si serigalalah yang telah menyerang para pencuri dan membuat mereka lari tunggang langgang.

Akhirnya kakek Luisa paham bahwa binatang itu sama sekali tidak berbahaya, baik bagi cucunya maupun dirinya. Sebaliknya, serigala itu adalah penjaga yang hebat. Sejak saat itu, kakek menerima serigala tinggal di rumah itu dan segera saja mereka bertiga menjadi sahabat baik.



#fairytale #dongeng #dongenganak #ceritaanak #fabel #30harimendongeng

Dikutip dari 30 Cerita Ulang Tahun, karangan Catherine Mory

Tidak ada komentar:

Posting Komentar