Selasa, 02 September 2014

Day 12: Fullbert, Teka-Teki, dan Kurcaci



Hari ini Fullbert berusia dua puluh tahun. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini ayah dan ibunya memanggil Fullbert untuk berbicara sangat serius.

“Fullbert anakku, usiamu sudah cukup untuk meninggalkan rumah. Namun sebelumnya, kami ingin memberitahukan suatu rahasia besar padamu. Ketahuilah bahwa kami bukanlah orangtua kandungmu. Dua puluh tahun lalu, kami menemukanmu di bawah jembatan dan mengambilmu,” kata ayahnya. Ia mengeluarkan sebuah benda berkilau dari sakunya. “Liontin ini ada bersamamu sejak bayi. Bawalah. Siapa tahu ia akan membawa engkau pada orangtua kandungmu”

Fullbert yang lembut hatinya memeluk kedua orangtua angkatnya. Ia meyakinkan mereka bahwa ia akan selalu menganggap mereka sebagai orangtuanya. Tak lama sesudah itu, ia pergi berkelana mengelilingi dunia. Ia menyeberangi sawah, hutan, dan laut sampai akhirnya ia tiba di sebuah negeri kecil yang nampaknya tidak berpenghuni. Tidak ada teriakan, tawa, bahkan suara apapun selain angin yang berhembus kencang. Karena penasaran, Fullbert mengetuk pintu salah satu rumah di situ dan bertanya mengenai apa yang terjadi di sana.

“Seorang kurcaci jahat meneror kerajaan kami. Setiap pagi, dia akan memberikan teka-teki yang tidak bisa dipecahkan oleh siapapun. Lalu, sebagai hukumannya, dia akan menangkap seorang penduduk dan membawanya ke rumahnya,” jawab mereka. “Apa yang dilakukannya terhadap penduduk itu?” Tanya Fullbert.

“Ia sedang membutuhkan budak untuk membangun lapangan sepak bola yang luas di rumahnya di atas gunung”

“Mengapa kalian tidak menangkapnya? Kurcaci tentunya bukan lawan yang sulit, bukan?” Fullbert bertanya-tanya.

“Biarpun kecil, kekuatannya luar biasa! Ia dapat menumbangkan sebuah pohon besar dengan sentilan jarinya. Hanya ada satu cara mengalahkannya yaitu menjawab teka-tekinya. Seorang penyihir telah mengutuknya: ia harus membuang dirinya ke sumur apabila ada orang yang berhasil menjawab teka-tekinya. Raja kami sudah berjanji untuk memahkotai orang yang berhasil menjawab teka-teki itu”

Keesokan paginya, Fullbert melihat seorang laki-laki kecil pergi ke alun-alun dengan melompat-lompat riang. Dengan topi kerucutnya yang merah dan janggutnya yang pirang, dia sama sekali tidak terlihat menakutkan. Kurcaci itu menopangkan tangannya di pinggir sumur, membuka mulutnya yang lebar seperti perapian dan bergerigi seperti gergaji.

“Siapa yang hari ini mau memecahkan teka-teki?” tanyanya. Fullbert mengangat tangannya. Si kurcaci terkekeh-kekeh sambil memandangnya dengan mata kecilnya yang kecil dan berkata keras-keras, “Di luar, rumahku hijau tua. Di dalam semuanya merah muda. Pendudukku kecil dan hitam. Untuk masuk ke rumahku, ambillah kunci baja. Siapakah aku?”

Fullbert berpikir sejenak, lalu ia menjawab “Itu semangka: kulitnya hijau dan dagingnya merah muda. Biji-bijinya berwarna hitam dan kecil. Untuk memasukinya, kita harus membukanya dengan pisau baja”

Kurcaci itu meringis seram dan dengan menjerit keras, ia menceburkan dirinya ke dalam sumur. Semua warga yang menyaksikan bersorak gembira.
Beberapa hari kemudian, tibalah upacara penobatan raja. Seluruh rakyat berkumpul di alun-alun. Orangtua angkat Fullbert juga hadir di sana. Dengan mahkota di tangannya, raja tua itu berjalan ke arah Fullbert. Tiba-tiba, ia melihat kilauan cahaya di dada Fullbert yang berasal dari liontin yang dipakainya. “Dimana kamu menemukan benda ini?” tanyanya pada Fullbert.

“Saya tidak menemukannya. Menurut orangtua angkat saya, benda ini selalu bersama saya sejak saya ditemukan”

Mendengar itu raja memeluk Fullbert. Betapa bahagianya ia hari itu. Ia menemukan kembali anaknya yang diculik saat masih bayi. Mahkota yang diterima Fullbert karena kepandaiannya, juga kembali kepadanya karena asal-usulnya. Fullbert benar-benar dilahirkan untuk menjadi seorang raja!


#fairytale #dongeng #dongenganak #ceritaanak #fabel #30harimendongeng

Dikutip dari 30 Cerita Ulang Tahun, karangan Catherine Mory

Tidak ada komentar:

Posting Komentar