Ini adalah cerita saya, tentang dunia tempat saya berdiri dan berpijak, tentang keluarga saya, tentang sahabat saya, tentang cinta dan benci, tentang masa lalu dan masa kini. Saya tidak meminta anda untuk protes... Semua ini cerita saya dan mari berbagi tulisan :)
Kamis, 04 September 2014
Day 14: Gergasi dan Bocah-Bocah Kaleng
Masih ingatkah kalian dengan Gergasi? Raksasa bertubuh besar namun pikirannya kosong seperti tong. Setelah ia terusir dari desa sebelumnya, ia pergi ke desa sebelah dan melanjutkan kebiasaannya memakan anak kecil.
Hari ini adalah hari ulang tahunnya dan dia tidak memiliki apa-apa untuk dimakan. Dengan alis tertekuk dan muka yang cemberut, ia berjalan lurus sambil mencari-cari anak kecil. “Tidak ada anak. Tidak ada bayi. Aku lapar!” gumamnya sambil menendang pohon ek tua sampai tumbang di tengah jalan. Segera terdengar bunyi berderit dari roda sebuah bus. Teriakan tiba-tiba bergema.
Dengan penasaran, Gergasi memandang ke kendaraan itu. Ia mengangkatnya, “Apa ini?” Dia mengambil bis itu dan mengangkatnya setinggi mata. Ternyata itu adalah bis sekolah yang penuh dengan anak-anak, kurang lebih lima puluh jumlahnya. Semua berteriak ketakutan ketika melihat muka jelek Gergasi yang menyeringai dari jendela.
“Bocah-bocah dalam kaleng! Hore!” seru Gergasi yang belum pernah melihat bis. Dia merobek bagian depan mobil seperti membuka kaleng, melemparkan pengemudinya seperti serangga, lalu seperti orang mengosongkan sekantong permen, ia menuangkan isi bis itu ke dalam tas yang dipakainya. Beberapa anak berusaha memegang kursi bis erat-erat, namun karena Gergasi mengocoknya begitu keras, semua anak terjatuh k etas Gergasi. Dengan senyum puas, Gergasi melangkah pergi ke rumahnya.
Sesampainya di dapur, Gergasi mengambil baskom sebesar perahu dan memnuhinya dengan potongan-potongan cokelat. “Sekarang, aku hanya perlu mengupas mereka!” Gergasi bernyanyi sambil mengeluarkan anak-anak itu dari tas dan membuka pakaian mereka. Lalu, dia meletakkan mereka satu per satu de dalam baskom cokelat. Sementara memasak, ia bernyanyi keras-keras dengan suara sumbangnya, “Selamat ulang tahuuuunn, Gergasi! Se-la-mat u-lang ta-hun!”
Gergasi bahagia sekali. Belum pernah ia menangkap anak-anak sebanyak itu sekaligus. Ketika selesai memasak, Gergasi mencari korek api dan sendok panjang seperti dayung untuk mengaduk. Ia membungkuk ke dalam baskom. Alangkah herannya dia! Tak ada cokelat lagi! Bahkan secuil pun!
“Kemana cokelat itu? “, serunya
“Anda tentu lupa menambahkannya,” kata anak kecil dengan kumis aneh berwarna cokelat tua.
“Ya pasti begitu,” gumam Gergasi kesal
“Pergilah mengambilnya. Kami akan menunggu anda di sini” saran seorang anak gadis kecil yang giginya juga berwarna cokelat.
“Benarkah kalian akan menungguku?” Tanya raksasa menyeramkan itu dengan ragu-ragu.
“Tentu! Kami akan menunggu baik-baik di sini sampai anda datang dan memakan kami,” kata seorang anak disambut anak-anak lain yang menunjukkan senyuman berwarna cokelat tua.
“Baiklah kalau begitu! Aku akan bergegas!”
Gergasi cepat-cepat keluar dan berlari ke toko bahan makanan yang terdekat dan kembali dengan mendekap banyak sekali cokelat. Menurut kalian, apakah anak-anak itu masih ada di dalam baskom? Tentu saja tidak! Mereka sudah berlarian entah kemana meninggalkan rumah Gergasi si raksasa bodoh.
#fairytale #dongeng #dongenganak #ceritaanak #fabel #30harimendongeng
Dikutip dari 30 Cerita Ulang Tahun, karangan Catherine Mory
Label:
30 hari mendongeng,
Cerita Anak,
Dongeng,
Dongeng Anak,
Fairy Tale
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar