Jumat, 05 September 2014

Day 15: Mengapa Anjing Bermusuhan dengan Kucing?


Pada zaman dahulu kala, jauh di masa lampau, sehingga orang sudah melupakannya, hiduplah seorang China tua bernama Yen-Lu. Dia tinggal bersama istrinya, anjingnya, dan kucingnya. Semua penghuni rumahnya selalu gembira dan tak pernah hidup susah. Mereka selalu makan ikan segar, meminum anggur yang enak, dan menyanyikan lagu-lagu riang. Ternyata Yen-Lu memiliki rahasia. Pada hari ulang tahunnya yang keenam belas, majikan tuanya memberinya sebuah cincin yang menjauhkannya dari malapetaka dan kemalangan.

Suatu hari, ketika Yen-Lu berjalan-jalan di pantai, cincin itu terlepas dari jarinya. Laki-laki tua itu baru menyadari keesokan harinya. Ia dan istrinya mencari-cari cincin itu sepanjang pantai, namun hasilnya nihil. Setelah seminggu mereka mencari, mereka akhirnya pulang ke rumah dengan wajah tertunduk lesu. Sejak hari itu, semua tidak lagi seperti dulu. Kedua orang lanjut usia itu mengeluhkan nyeri di punggung mereka. Tak ada lagi nyanyian riang dan ikan segar di atas meja.

“Aku lapar! Situasi ini tak tertahankan lagi” seru kucing di depan kalengnya yang kosong.

“Mungkin kita bisa membantu majikan kita. Ayo kita temukan cincin itu!” gonggong si anjing.

“Tapi untuk sampai ke pantai, kita harus menyeberangi sungai. Padahal aku tidak bisa berenang dan takut air,” si kucing berkeluh kesah.

“Jangan khawatir, aku akan menggendongmu di atas punggungku”

Tak berapa lama kemudian, kedua sahabat itu sudah berada di pantai. Dengan segera, anjing menempelkan moncongnya di tanah dan mulai mengendus-endus. “Aku sungguh ingin membantumu, namun apa daya aku tidak memiliki indra penciuman sebagus engkau!” si kucing kembali mengeluh. Setelah mengatakan itu, si kucing meringkuk dan tertidur. Setelah beberapa jam, si anjing menyalak dan membangunkan si kucing, “Ayo kita pergi dari sini! Aku sudah menemukannya! Aku mencium bau majikan kita dan aku sudah menggali.” Anjing terengah-engah, wajahnya tertutup pasir dan keringat, namun dengan penuh kemenangan ia menggigit cincin itu di moncongnya. Kedua binatang itu pun berjalan pulang.

“Biarkan aku yang membawa cincin itu. Kalau kamu kehabisan nafas, bisa-bisa cincin itu jatuh dalam air,” si kucing mengeong. Si anjing menyerahkan cincin itu dan membiarkan kucing naik ke atas punggungnya.

Tak seperti tadi, ia mengalami banyak kesulitan ketika menyeberangi sungai. Ia begitu lelah sampai-sampai harus berhenti beberapa kali. Begitu sampai di tepi sungai, si kucing dengan gesit melompat ke tanah dan melompati atap demi atap. Dia pulang ke rumah dengan gerakan yang sangat cepat. Sesampainya di rumah, ia menggesek-gesekkan badannya ke kaki majikan perempuannya dan menjatuhkan cincin itu di depan kaki majikannya.

“Yen Lu!”, seru majikan perempuannya, “Lihatlah kucing kita yang baik ini menemukan cincinmu. Kita selamat!”. Dengan sangat senang, mereka membelai-belai kepala kucing itu dan memberinya seekor ikan besar yang berkilat-kilat.

Tak lama, si anjing pulang dengan basah kuyup. Badannya kotor terkena pasir pantai, terengah-engah, dan menggigil. Ia duduk di depan majikannya sambil menggoyang-goyangkan ekornya. Namun apa yang terjadi? Yen-Lu dan istrinya mengusir anjing itu. “Bagaimana kamu bisa begitu kotor? Keluarlah dari rumah kami!” Si anjing diusir dari rumah itu. Sementara si kucing memandang kejadian itu dari depan perapian yang hangat sambil menikmati ikannya sedikit demi sedikit dengan tatapan geli. Sejak itu, menurut orang-orang China, anjing menerkam kucing begitu mereka melihat ekornya.


#fairytale #dongeng #dongenganak #ceritaanak #fabel #30harimendongeng

Dikutip dari 30 Cerita Ulang Tahun, karangan Catherine Mory

Tidak ada komentar:

Posting Komentar