Kamis, 11 September 2014

Day 21: Tiga Puluh Ribu Malam


Dahulu kala di Jepang, tinggalah seorang laki-laki tua dan seorang perempuan tua bernama Kino dan Kaede. Keduanya telah menikah puluhan tahun dan tetap saling mencintai dengan penuh kasih sayang.

Setiap malam tiba, mereka duduk bersama dan mengingat kembali kenangan-kenangan masa lalu yang dipenuhi gelak tawa dan belaian. Hanya satu hal yang mereka hindari, yaitu membicarakan hilangnya anak mereka, Bulan Mei, yang hidupnya berakhir dua minggu setelah kelahirannya. Sejak kehilangan itu, Kaede hanya hidup untuk Kino dan Kino hanya hidup untuk Kaede

Suatu malam, ketika sedang memandang bulan purnama, sebuah bintang jatuh di kaki mereka. Karena silau, mereka menutup mata dan ketika mereka membukanya kembali, mereka melihat seorang perempuan mungil yang berkilauan.

“Saya adalah peri cinta,” katanya, “Sudah tiga puluh ribu malam saya mengamati kalian berdua. Cinta kalian tak pernah sirna sedikitpun. Itulah sebabnya saya ingin memberikan penghargaan kepada kalian. Ucapkanlah sebuah permintaan dan saya akan mengabulkannya”

Kedua insan tua itu saling memandang dengan ekspresi terkejut. “Kamu pasti punya ide yang sama denganku,” gumam Kino kepada Kaede dengan mesra. “Tentu saja,” sahut Kaede. Mereka membuka mulut dengan serentak. Namun ternyata permintaan mereka sangat berbeda.

“Saya ingin kembali menjadi muda,” kata Kino dengan tegas.

“Saya ingin menemukan kembali Bulan Mei kecilku,” kata Kaede.

Mereka tercengang dengan permintaan mereka yang tidak sama. “Menemukan Bulan Mei adalah hal yang mustahil! Kita sudah terlalu tua untuk mengurus bayi,” Kino berseru.

“Biarkan saja! Aku ingin memeluknya!” kata Kaede antusias.

“Coba pikir, jika kita muda kembali, kita bisa mendapatkan bayi-bayi lainnya!”ucap Kino mulai naik darah.

“Tidak mau! Aku hanya mau Bulan Mei!” teriak Kaede balas membentak.

Itulah pertama kalinya mereka bertengkar. Sang peri cinta akhirnya tak tahan dan menegur mereka. Mendengar teguran sang Peri, mereka menghentikan perdebatan mereka. “Maafkan aku, Kaede. Tidak semestinya aku naik darah. Biarlah keinginanmu yang terkabulkan,” kata Kino memohon dengan malu.

“Tidak. Akulah yang harus meminta maaf. Ayo kita pilih keinginanmu,” jawab Kaede. Akhirnya sang peri mengundi dan keinginan Kinolah yang menang. “Kalian masing-masing pergilah ke tepi danau yang berada di bawah gunung. Setiap teguk yang kalian minum akan membuat kalian bertambah muda sepuluh tahun,” kata peri itu menjelaskan. Tak lama kemudian, peri itu menghilang.

Ketika pagi tiba, Kino dan Kaede bangun dan segera berjalan menuju danau dengan bertumpu dengan tongkat mereka. Mereka saling membantu selama perjalanan itu. Beberapa jam sesudahnya, mereka berpisah di tepi danau yang terpisahkan oleh ilalang.

Kaede melihat sebuah siluet mendekatinya sambil menari-nari. Ia tertawa. Itulah pemuda tampan yang telah membuatnya jatuh cinta sejak bertahun-tahun yang lalu. Kaede lalu segera meminum air danau itu, karena ia tahu bahwa Kino pasti menantinya.

Namun sampai malam tiba, Kaede tidak kembali. Kino mencarinya. Ia berlari mengitari danau dan mencari Kaede. Tak ada orang. Yang ada hanya teriakan lirih dari balik alang-alang. Dia menyibakkannya dan terlihat seorang bayi cantik dan masih merah menangis.

“Bulan Mei! Tapi bukan! Itu bukan kamu… Kamu pasti… Kaede!” seru Kino dengan terheran-heran. Ternyata Kaede telah minum dua teguk lebih banyak daripada Kino dan menjadi bayi. Kino menggendongnya.

“Yang kugendong saat ini adalah Kaede, namun aku merasa seakan-akan menemukan kembali Bulan Mei kecilku. Jadi Kaede, kamu berhasil: kedua keinginan kita terwujud sekaligus. Itu kan, yang kau inginkan, Gadis Kecilku?”

Ajaib. Seakan mengerti, bayi kecil itu tersenyum sambil berceloteh dengan riang.

#fairytale #dongeng #dongenganak #ceritaanak #fabel #30harimendongeng

Dikutip dari 30 Cerita Ulang Tahun, karangan Catherine Mory

Tidak ada komentar:

Posting Komentar