Kamis, 28 Agustus 2014

Day 7: Ulang Tahun Si Putri Bodoh



Di negeri nun jauh di sana, tinggallah seorang putri yang kepalanya kosong seperti panci. Rakyatnya menyebut dia si putri bodoh.

Suatu hari di musim gugur, ia berkata kepada pelayannya, “Hari ini kalian harus mencegah pohon-pohon kehilangan daunya. Mereka akan terlalu miskin kalau gundul. Selain itu, kalian harus menyalakan matahari sebelum aku tidur. Aku benci malam dan tidak ingin melihatnya lagi”

Beberapa hari menjelang ulang tahunnya yang kedua puluh, ia pergi menemui ayahnya, sang raja, yang sedang beristirahat di taman dan berkata kepadanya dengan sangat marah, “Ayah, aku pikir Ayah mencintaiku…”

“Tentu saja, sayang. Aku mencintaimu dengan sepenuh hati”

“Tidak, ayah tidak mencintaiku. Kalau ayah mencintaiku, ayah akan memberikanku banyak perhiasan”, kata si putri bodoh sambil menghentak-hentakkan kakinya.

“Tapi gadis kecilku, kamu tahu bahwa memang kenyataannya seperti itu. Kamarmu penuh dengan rubi dan berlian. Orang-orang perlu menggunakan pelindung agar mata mereka tidak silau”, jawab sang Raja.

“Aku tidak peduli pada semua rubi, berlian, safir, dan batu-batu lainnya. Yang kuingini adalah mahkota yang bertahtakan keajaiban ini!” Ia menunjuk air mancur yang tepinya tertutup tetesan air yang berkilauan di bawah sinar matahari. Sang raja yang juga bodoh langsung bangkit berdiri dan memanggil pelayannya, “Bawalah kepadaku semua pandai emas di negeri ini”

Sang raja membuat sayembara kepada seluruh tukang emas di negeri ini. “Aku ingin dan menuntut bahwa untuk ulang tahunnya, putriku menerima mahkota yang bertahtakan tetesan air,” kata Raja dengan suara seperti geledek. Semua yang mendengarnya tercengang, “Tuan, kami siap memuaskan hati anda dan putri anda. Namun hal barusan yang anda minta adalah hal yang tidak mungkin,” kata tukang emas paling berpengalaman. Raja murka luar biasa.

“Penjaga. Bawa mereka semua ke penja…”

“Tunggu, Tuan,” sebuah suara tiba-tiba terdengar, “Biar saya mencobanya. Tetapi untuk itu, saya harus dibantu oleh sang putri sendiri” Orang ini bukanlah pandai emas. Ia hanya petapa tua yang tinggal di sayap kastil. Sang raja terheran-heran melihat calon pembuat mahkota putrinya. Tetapi karena itu adalah satu-satunya cara, maka ia menerimanya.

Hari ulang tahun sang Putri tiba. Seluruh penghuni kastil berkumpul di taman, putri dan raja berdiri di tengah-tengah. Petapa itu datang membawa bantal dengan mahkota emas di atasnya. Ia berlutut di depan Raja dan berkata, “Tuan, seperti yang saya janjikan. Saya membawa mahkota dan Putri tinggal menghiasnya dengan tetes-tetes air”

Putri bodoh itu bergegas pergi ke air mancur dan dengan bernafsu mengulurkan tangan ke tetesan-tetesan air air itu. Namun setiap kali dia ingin menangkapnya, tetesan itu pecah dan meninggalkan bekas basah di jarinya. Sang putri jengkel. Sepanjang siang, ia berusaha mati-matian untuk menangkap air. Para penghuni kastil berusaha juga untuk mati-matian tidak menertawakan putri bodoh itu. Dengan marah, sang putri kembali ke kamarnya di kastil pada malam hari tanpa menangkap satu tetes airpun. Ia malah mendapatkan flu berat.

Konon sejak hari itu, dia tidak begitu bodoh lagi. Si bijak telah membuat hadiah yang indah dengan memberinya sedikit akal sehat.


#fairytale #dongeng #dongenganak #ceritaanak #fabel #30harimendongeng

Dikutip dari 30 Cerita Ulang Tahun, karangan Catherine Mory

Tidak ada komentar:

Posting Komentar