Selasa, 26 Agustus 2014

Day 5: Ulang Tahun Gergasi



Tahukah kalian tentang Gergasi? Dia adalah raksasa besar pemakan anak kecil. Orangnya tinggi seperti rumah, kakinya panjang seperti batang bambu, perutnya besar seperti balon udara, namun kepala dan otaknya kecil seperti kacang. Pikirannya juga ciut dan keriput seperti pangsit disiram kuah. Ia memang berbadan besar, namun ia sangat bodoh.

Setiap ulang tahun, ia selalu turun dari gunung ke desa untuk meminta sajian anak-anak yang tampan dan besar sesuai dengan usianya saat itu. Anak-anak itu dibawa ke kastilnya, dicelupkan dalam cokelat panas dan diangin-anginkan, lalu mengunyah mereka dengan sangat berselera. Tentu saja orangtua anak-anak itu tidak ingin menyerahkan anak-anak mereka. Hari itu pasti penuh dengan teriakan, jeritan, dan baku hantam.

Tahun ini pun Gergasi turun gunung. Dengan langkah kaki yang membuat bumi bergetar, ia menghampiri warga yang berkumpul di alun-alun. “Dimana anak-anak kesukaanku itu?”, tanyanya dengan suara serak.

Kepala desa maju dan menghadap gergasi. Ia mengangkat kepalanya dan berkata kepada Gergasi, “Gergasi yang besar. Tahun ini kami menyediakan sajian spesial untukmu. Coba lihat!” Dengan ayunan tangannya yang lebar, ia menyibakkan kain yang berada di tengah alun-alun itu. Di bawah kain tersebut terdapat lubang lebar dan banyak telur besar di atasnya. Gergasi mengernyitkan alisnya. Ia tidak mengerti.

“Biasanya tidak seperti ini”, kata Gergasi kecewa. Kepala desa menjawab, “Itu karena biasanya kami memberikan anak-anak yang sudah menetas. Kali ini, kami memberikan yang masih dalam cangkang, agar benar-benar segar.” Gergasi tidak tahu kalau anak-anak kecil lahir dari telur. “Ini masih baru! Anak-anak yang lahir dengan teknologi mutakhir. Lebih sedikit bulunya, paling lembut, sangat kenyal, pokoknya sangat enak!”, seru penduduk-penduduk riuh.

“Baik… baik…” kata Gergasi pusing

“Jangan lupa untuk mengerami dengan baik ya”, teriak penduduk-penduduk itu. Gergasi pergi membawa telur-telur tersebut di ketiaknya. Sesampainya di rumah, Gergasi tidur dan bermimpi bahwa ia mengunjungi negeri yang indah dipenuhi dengan pohon-pohon dengan bocah-bocah cokelat. Ada yang bersalut cokelat putih, cokelat hitam, ada juga yang bersalut caramel. Saat ia mengulurkan tangan untuk memetik, perasaan lapar menusuk-nusuk pantatnya yang besar. Ia bangun dan mendekatkan kepalanya ke sarang. Beberapa cangkang telur mulai retak-retak karena dipukul dari dalam.

“Nyam…nyam”, air liur Gergasi mulai menetes. Ia tidak sabar melihat makanannya keluar. Salah satu dari mereka mulai menampakkan kepalanya. Kepalanya yang aneh memanjang dan memandang Gergasi. Gergasi yang bodoh menatapnya balik dengan wajah penasaran namun gembira. Makhluk itu mengeluarkan seluruh badannya, namun betapa terkejutnya Gergasi bahwa makhluk itu tidak punya tangan dan kaki! Begitu juga teman-temannya.
“Ini bocah-bocah apa?” kata Gergasi kecewa. Namun ia tidak sempat berpikir lagi karena salah satu dari mereka sudah menggigit hidung Gergasi yang pesek. Yang lainnya sudah melata ke arahnya dengan mata berkilauan rakus. Kalian tentu sekarang tahu bahwa telur-telur itu sebenarnya telur ular!

Dengan ketakutan, raksasa besar itu melarikan diri dan berlari lurus ke depan. Penduduk desa tidak pernah melihatnya lagi selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Gergasi kapok meminta anak-anak desa itu lagi.



#fairytale #dongeng #dongenganak #ceritaanak #fabel #30harimendongeng

Dikutip dari 30 Cerita Ulang Tahun, karangan Catherine Mory

Tidak ada komentar:

Posting Komentar