Senin, 25 Agustus 2014

Day 4: Ulang Tahun Santa Klaus


Santa Klaus tua pergi ke dapur. Celemek merah melingkari perutnya yang sangat buncit. Ia bersenandung dengan ceria. Hari ini ulang tahunnya. Meski ia tidak mengingat berapa umurnya, ia tetap mengingat bahwa ia lahir hari ini.Ia mengangkat jarinya untuk berhitung. “Yang pasti aku tidak lahir kemarin. Tidak juga tahun lalu. Nampaknya aku sudah beratus-ratus tahun. Ah, sulit sekali rasanya menghitung.” Ia menurunkan tangannya lagi, “Sudahlah tak penting! Yang penting, hari ini aku akan membuat kue yang manis dan enak untuk kubagikan kepada kurcaci-kurcaci kecilku. Pertama-tama aku perlu tepung yang putih seperti salju”

Santa Klaus membungkuk mengambil tepung di lemarinya dan meletakkan di atas meja. Ketika ia berbalik dan ingin mengambil mangkuk, sebuah bayangan kecil dan gesit masuk lalu keluar dari dapurnya. Santa Klaus menengok ke belakang dan ia terbelalak. “Astaga, kemana tepungku?”

Ia mencari tepungnya di bawah meja, di atas oven, di dalam lemari-lemarinya, namun hasilnya nihil. Ia tidak menemukan tepungnya. Lalu, ia pergi ke rumah kecil tempat kurcaci-kurcaci tinggal dan membuat mainan, “Kurcaci-kurcaci sayang, apakah kalian melihat tepung putih saljuku?”.

“Demi topi runcing kami. Kami tidak melihatnya”, jawab Tintinabul mewakili teman-temannya.

“Ah, baiklah. Aku tidak akan menggunakan tepung. Bagaimanapun, agar kue menjadi manis, aku butuh gula”, gumam Santa Klaus sambil kembali ke dapur. Ia mengambil gula di lemarinya, lalu membungkuk mengambil cokelat. Namun, ketika ia berdiri lagi, gula itu sudah lenyap tak berbekas. “Huh, dimana tepung gulaku?”

Ia meninggalkan cokelatnya di atas meja. Santa Klaus mengangkat panci-panci yang ada, mengintip dari kiri ke kanan, namun tidak ada bekas bungkusan gulanya. Ia naik darah, mengetuk pintu rumah kurcaci, “Kurcaci-kurcaciku yang nakal dan jahil, apakah kalian melihat sebungkus gula yang manis dan lezat itu?”

Mereka menggelengkan kepala, “Demi topi runcing kami, kami tidak melihatnya”, senandung mereka”

“Menyebalkan! Apa jadinya kue tanpa tepung dan gula yang manis?”, Santa Klaus mengomel. Dalam hatinya, ia sebal karena hanya bisa membuat krim cokelat untuk ulang tahunnya. Ia pergi ke lemari es dan mengambil telur di sana. Tetapi ketika ia kembali ke meja, cokelatnya pun lenyap. Dengan sangat marah, ia berteriak, “Kemana perginya cokelatku?”

Sambil mengernyitkan dahi dan alisnya, ia mencari ke kolong-kolong dapurnya, juga melihat ke langit-langit. Siapa tahu barang-barang itu terbang. Namun tak ada jejak tepung, gula, ataupun cokelat di sana.
Ia kembali pergi ke rumah kurcacinya. “Kurcaci-kurcaci kecilku yang jahil. Apakah kalian melihat kepingan co…”, namun ia tidak dapat menyelesaikan kalimatnya.

Di hadapannya terdapat kue ulang tahun yang sangat indah. Kurcaci-kurcaci berdiri di sekeliling kue yang bersinar diterangi ratusan lilin kecil.

“Selamat ulang tahun Santa Klaus”, nyanyi para kurcaci itu dengan keras sampai memekakkan telinga.

“Oh, kalian ini. Anak-anakku yang jahil, kurcaci-kurcaciku yang manis”, Santa Klaus tergagap, wajahnya memerah karena senang, “Kalian repot-repot membuatnya. Seharusnya aku yang…”

“Anda tidak boleh masak pada hari ulang tahun, Santa Klaus. Itulah sebabnya kami menyembunyukan tepung, gula, dan cokelat”, jawab Tintinabul dan teman-temannya. “Anak-anak yang kusayangi, kalian memang benar”, Santa Klaus mengakhiri dengan air mata haru dan memeluk kurcaci-kurcacinya dengan penuh cinta

#fairytale #dongeng #dongenganak #ceritaanak #fabel #30harimendongeng

Dikutip dari 30 Cerita Ulang Tahun, karangan Catherine Mory

Tidak ada komentar:

Posting Komentar