Minggu, 15 April 2012

MATI LAMPU! DA**Q!!!

Sabtu, 14 April 2012
23: 07

Well, Onya comes back! Saya kembali ingin berbagi dengan kalian semua, yang melewatkan sekian menit di hari ini untuk iseng membaca tulisan saya. Tulisan ini diinspirasi oleh sebuah tweet sederhana dari adik pacar saya “@ar*****ie Sometimes I miss the lights in house is just candle” *apabila ada bahasa Inggris yang salah, mohon dimaklumi* Tweet yang simple, tapi entah kenapa setelah membacanya, saya langsung pengen menulis sambil mengenang masa-masa mati lampu di rumah.

Akhir-akhir ini, Jakarta sering mati lampu mendadak. Kalau sudah begini, twitter saya akan berceloteh tentang keribetan manusia tanpa listrik dan cahaya, misalnya “Dafuq… gue lagi nugas dan tiba-tiba mati lampu” atau “Baru mau tidur, tapi mati lampu… jadi panas dan ga bisa tidur”. Kehadiran lampu dan cahaya yang selama ini kurang disyukuri manusia jadi begitu terangkat apabila ada cerita mati lampu dan tugas yang deadlinenya besok pagi. Banyak manusia yang ga menyadari bahwa mati lampu adalah salah satu masa paling asyik untuk diam… merenung… berpikir… dan galau (kalau mau).

Saya akan mengawali tulisan ini dengan nostalgia masa kanak-kanak saya dan mati lampu. Saya bukanlah orang yang terlalu takut akan gelap. Ketika saya masih anak-anak, dan rumah saya mendapat giliran pemadaman listrik, saya melakukan banyak hal bersama orangtua dan koko saya atau kadang bersama tetangga apabila listrik padam terlalu lama. Hal favorit yang saya lakukan biasanya menyalakan lilin atau senter. Kami sekeluarga biasanya berkumpul di satu kamar, bukan karena takut gelap, tapi karena kami ga ada kerjaan sehingga menghabiskan waktu bersama-sama sambil mengobrol. Papi dan koko saya biasanya akan bermain bayangan di tembok… Tentang kelinci, anjing, ular, dan burung yang bermain-main di tembok. Itu saja. Sudah. Tapi entah kenapa, selalu jadi hal yang menarik untuk disimak dan diingat.

Di kesempatan mati lampu yang lain, mami dan papi bercerita mengenai masa mudanya. Mereka berdua bercerita tentang masa kecilnya, kehidupan keluarga masing-masing, pengalaman di sekolah, kehidupan rohani mereka, pencapaian dalam hal akademis, tentang bagaimana mereka bertemu dan akhirnya menikah, tentang masa-masa di mana saya dan koko saya belum lahir. Semuanya selalu menarik dan seru. Mami segitu sukanya dan senang banget belajar Kimia dan Farmasi (ga turun sama sekali ke anaknya!). Papi yang dulu sempat kerja jadi sales. Cerita kalau papi dan mami jarang berduaan waktu pacaran karena sibuk sama kegiatan gereja. Kami tertawa-tawa bersama sampai akhirnya kami sadar bahwa kamar jadi gerah banget karena kurang oksigen.

Di kesempatan yang lain, saya sibuk menyalakan lilin dan mendekatkan buku pelajaran saya ke lilin itu karena besoknya ada ulangan. Zaman SD mah masih rajin banget-banget… Bukunya banyak dan harus dibaca satu-satu. Rajin banget masih bela-belain belajar padahal mati lampu… Sekarang mah boro-boro… Hahaha… Oh iya, kalo mati lampu, papi saya akan jadi orang paling heboh yang mengurus urusan perlilinan dan penerangan sementara. Entah apa aja yang dilakukannya, tapi tangan doi ga pernah bisa diem. Heran deh…

Mati lampu di masa kecil (sampaii sekarang sih) membuat saya sering mengamati langit ketika lampu sekitar padam. Saya selalu takut melihat langit ketika mati lampu. Kenapa? Karena langit jadi mendadak lebih terang daripada apapun di sekeliling saya. Langit mati lampu itu pelit bintang. Saya jarang banget liat bintang banyak kalo mati lampu… kan serem… >.< Kemarin saya juga mengobrol ringan sama pacar saya mengenai tweet tadi dan mati lampu. Ternyata, keluarga kami mempunyai tradisi yang sama saat mati lampu. Mengutip kata pacar “Mati lampu itu waktunya merenung… refleksi…” Saya sendiri sudah sangat jarang mengalami mati lampu belakangan ini, tapi saya jadi berpikir bahwa mati lampu ini kadang memang diperlukan oleh manusia-manusia yang senang menyibukkan diri seperti saya (dan mungkin kamu yang membaca). Mati lampu dan mati listrik membuat semua benda-benda elektronik kesayangan kita kehilangan daya. Kelamaan twitter.an, BBMan, FB.an, SMSan, membuat gadget-gadget canggih kita kehabisan baterainya dan kita jadi mati gaya. Di saat-saat ini, manusia jadi seperti ke zaman purbakala, ketika barang-barang canggih itu belum ada.

Mati lampu membuat seseorang mengetuk pintu kamar kos sebelahnya, yang selama ini hanya diajak ngobrol via BBM untuk kerjain tugas, untuk mengajak tidur bersama karena takut gelap. Mati lampu membuat seseorang bernyanyi-nyanyi sambil main gitar dan secara tidak langsung mengundang orang-orang di sekitarnya untuk bernyanyi bersama-sama, bukan lagi secara individual dengan earphone menempel cantik di telinga. Mati lampu membuat keluarga yang biasa hanya bisa berkumpul di meja makan dengan alasan kesibukan masing-masing, berkumpul di satu kamar dan bermain bersama. Lihat… Betapa mati lampu bisa kembali mendekatkan mereka yang jauh karena teknologi?

Mati lampu itu saatnya memandang lilin. Belajar dari lilin yang mau berkorban demi menyalakan sesamanya… Belajar dari lilin yang bekerja sama dengan sumbu untuk membuat hidup manusia semakin baik… Belajar dari lilin yang tidak pernah tahu kapan akan mati setelah berkorban… Di tengah hening dan cahaya remang-remang ini, manusia punya waktu untuk melihat dirinya sendiri. Punya waktu untuk berkaca pada bayangannya… Manusia jadi punya waktu untuk berefleksi. Saatnya merefleksi diri kita, apa yang sudah kita lakukan buat kita, buat keluarga kita, orang terdekat kita, buat dunia… Coba deh, kalo mati lampu, nyalakan lilin di tempat yang aman, terus kita tiduran… Refleksi… Mendamaikan diri sendiri yang sudah terlalu disibukkan dengan kerjaan ini itu… kesibukan sana sini… Mungkin lama-lama kita akan tidur… tapi di waktu-waktu sebelum tidur itu, akan ada perasaan tenang, ketika kita mampu mengatur nafas kita. Kita kembali memeriksa batin… menemukan diri sendiri… menemukan kebersamaan dengan keluarga yang selama ini hilang… menemukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan… Mati lampu tidak selalu jahat kan? Mungkin itu bagian dari rencana Tuhan biar kita ga lupa sama Dia dan diri kita sendiri…


Selamat mematikan lampu dan selamat menemukan diri sendiri dalam hening :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar