Selasa, 06 Mei 2014

Dear you...

Dear you,

Hari pertama aku mengenal keberadaanmu adalah hari dimana aku jatuh cinta padamu. Aku memang mudah mencintai orang, tapi aku tahu kali ini rasanya berbeda. Duduk bersama di kursimu yang empuk dan membicarakan banyak hal yang menyenangkan. Aku merasa duduk di tengah keluargaku sendiri. Sejak saat itu, aku selalu ingin ada dalam hari-hari berikutnya bersamamu. Entah sekedar duduk atau berceloteh atau sejenak melepas penat karena jahatnya ibu kota.

Waktu di kalender berjalan begitu cepat. Aku memang sempat terpisah darimu, tapi aku tahu aku selalu merindukan keberadaanmu di hariku. Siang dan malam yang terus berlalu tak juga mampu membuatku yakin bahwa aku sungguh jatuh hati padamu. Aku hanya ingin bermain bersamamu. Itu saja. Cukup. Tapi… ah, hati kecilku seperti marah… tapi logikaku… ah… setiap hari mereka bertengkar mempertanyakan perasaanku. Aku tak pernah tahu dan mencoba untuk tidak mau tahu.

Hari di saat aku menyerahkan hatiku padamu adalah hari dimana aku tidak pernah aku lupakan. Saat dimana aku memegang tanganmu dan kukatakan “Ya” adalah saat terindah buatku. Iya. Saat itu, aku berjanji pada Tuhan bahwa seluruh hidupku akan kugunakan untukmu. Untuk membangunkanmu setiap pagi, untuk memelukmu ketika jatuh, untuk menegurmu ketika kamu berada di jalan yang tidak tepat. Semua dariku hanya untukmu.

Waktu berlalu. Bohong kalau aku tidak pernah marah padamu. Bohong kalau aku tidak pernah ingin mencoba berpaling ke yang lain. Entah apa yang selalu membuat nyawaku tertinggal pada dirimu. Aku mungkin bisa mengingkari janjiku kepadamu. Tapi, janji kepada Tuhan tidak pernah bisa aku batalkan. Aku telah berjanji untuk setia dalam sakit dan sehatku. Aku bersumpah untuk menemani dalam siang dan malammu. Tuhan mencatat dengan tinta emasnya dan sungguh tidak akan terhapus apapun.

Malam ini, saat rintik hujan mulai menyapa hijaunya daun, aku harus pergi meninggalkanmu. Bukan kehendakku, bukan juga keinginanmu. Semua ada waktunya. Waktu dimana aku harus melepaskan apa yang telah kulakukan bersamamu. Waktu dimana semua yang telah kita lakukan hanyalah sebuah kenangan.

Terima kasih karena kamu telah mampir dalam hidupku. Mewarnai setiap lembaran hariku dengan warnamu yang cantik, yang tidak melulu berwarna-warni, tapi selalu bermakna di lukisan memori ini.

Terima kasih untuk semua kebahagiaan yang telah susah payah kau buatkan untukku. Untuk segala kejutan yang manis, kue coklat di hari ulang tahunku, nyanyian-nyanyian indah, semuanya. Terima kasih.

Terima kasih telah menjadi rumah yang aman bagiku. Saat aku membenci kehidupan, kamu hadir bagai anak kecil yang memegang gulali kapasnya yang besar. Kamu menawarkan sejuta kebahagiaan yang tidak terpikir sebelumnya. Kamu menerbitkan matahari dan menghalau awan-awan gelap di hidupku

Terima kasih telah membuatku yakin dengan keputusanku. Mencintaimu tidak pernah salah dan aku yakin itu, sejak pertama kali melihatmu sampai detik ini. Aku tidak pernah salah mencintai orang.
Terima kasih untuk segala perdebatan dan argument yang boleh tersampaikan dari bibir mungilmu. Segala upaya protes dan marah karena aku tidak adil atau karena aku mengacuhkanmu atau karena aku terlalu keras kepadamu. Aku minta maaf untuk semuanya, sungguh aku tak bermaksud membuatmu sakit dan sedih. Aku hanya ingin yang terbaik untuk kita. Mungkin caraku salah. Aku minta maaf sekali lagi. Jangan lagi kamu bersedih dan menangis, tapi tersenyumlah. Tawamu adalah salah satu bagian favoritku dari film kehidupan ini.

Terima kasih telah membawaku melangkah sejauh ini dalam gandenganmu. Terima kasih sudah membuatku terjatuh terlalu dalam ke pelukan itu. Terperosok dalam dekapanmu adalah rasa sakit yang paling bahagia. Racun ternikmat yang pernah ku telan.
Beribu hari sudah aku lewatkan dalam ceriamu yang tak terbatas. Aku habiskan menit-menitku mendengar tangisan dan menghapus air mata itu dari pipimu. Terima kasih untuk membuat gelak tawamu menjadi melodi yang sangat selalu ingin kudengar sampai saat ini.
Aku tak peduli berapa juta orang yang mencacimu karena kau tak berharga di mata mereka. Aku mencintaimu utuh. Bulat. Seperti bulan purnama yang kita lihat di malam itu. Seperti itu aku mencintaimu. Aku tak pernah mau menghitung peluh darah yang tertetes atau berapa banyak air mata tertumpah atau hinaan orang-orang lain karena mencintaimu terlalu dalam. Itu tak perlu. Buatku, kamu adalah perhiasan berharga yang aku miliki. Seperti gadis kecil yang tidak mau melepaskan balonnya, seperti itu aku tak ingin melepaskanmu.

Masa-masa kita tertatih membangun istana kita terekam jelas dalam otakku. Saat kita terjatuh dan memutuskan untuk bangkit lagi. Saat kita harus mengorbankan segalanya demi tempat bernaung ini. Saat kita mencoba meletakkan batu sendi istana ini. Semuanya jelas. Terpatri sempurna di memoriku. Tanpa ada satupun gambar yang buram. Tawa, canda, harmoni, amarah, asa, semua membangun rumah kita yang kini kokoh dan kuat.

Terima kasih sudah menghabiskan hidupmu denganku. Terima kasih telah menemaniku melewati hari yang penuh awan mendung. Terima kasih untuk semua rangkulan yang menenangkanku. Terima kasih sudah menjadi bintang timur saat aku tersesat dan lupa arah. Terima kasih sudah menjadi pelangi di hujanku. Terima kasih untuk pernah dan selalu menjadi bagian dari nama dan nafasku.
Dari sini aku mencintaimu. Tak peduli seberapa hebat kamu membenciku. Tak peduli seberapa gelap bagianku dalam harimu. Tak peduli musim yang akan berperang menghapusku dari ingatanmu. Aku tetap tak peduli. Aku akan mencintaimu selamanya. Aku akan tetap memelihara nyanyian di hati ini agar suatu saat bisa menari bersamamu lagi.

Di semua jalan yang akan kau lalui, aku akan hadir dalam bayanganmu. Memegang tanganmu agar tidak terjatuh. Di setiap badai yang akan kau hadapi, aku akan hadir. Bukan untuk menghalau mereka, tapi untuk melindungimu apabila mereka menyakitimu terlalu keras. Jangan takut melewati badai, mereka akan membuatmu lebih kokoh dan mantap berjalan di dunia ini.
Dalam setiap doaku, namamu akan selalu tersebut. Aku tak akan pernah lupa meminta agar malaikat Tuhan tidak pernah absen dalam siang dan tidurmu. Agar kau juga tak lupa menjadi malaikat untuk mereka di sekelilingmu, sama seperti kamu menjadi malaikat tanpa sayapku selama ini.

Terima kasih untuk semuanya. Ribuan kata tidak akan mampu mengungkapkan betapa aku mencintaimu. Aku meninggalkanmu bukan karena aku berhenti mencintaimu, tapi karena aku sangat mengasihimu. Aku tidak pernah jauh. Aku di sini. Di dalam hela nafasmu… di dalam rintik hujan… di dalam melodi yang kau dendang. Aku berdiam di sana. Begitu pula doaku.


Aku yang mencintaimu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar